Kesalahan Perencanaan dan Pelaksanaan Operasi dalam Peningkatan Kejadian Infeksi Pascaoperasi pada Praktik Kedokteran Hewan

Authors

  • Dhirgo Adji Departemen Ilmu Bedah dan Radiologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada Author

Keywords:

Infeksi luka bedah, komplikasi, manajemen praoperasi, pascaoperasi, bioaerosol

Abstract

Infeksi luka bedah (ILB) adalah komplikasi pasca operasi yang paling umum terjadi di Indonesia, dan bertanggung jawab atas peningkatan morbiditas, mortalitas, lama waktu rawat inap di klinik hewan, peningkatan biaya, dan dampak negatif pada kondisi emosional pemiliknya. Penelitian bidang kedokteran hewan yang fokus pada pengamatan luka hasil operasi banyak membuktikan keberadaan berbagai penyimpangan proses kesembuhan yang mengarah pada infeksi luka sampai dengan 14 hari setelah operasi (Griffon, 2016). Data kajian ILB di Amerika Utara menunjukkan bahwa angka kejadian infeksi pada hewan lebih tinggi dibandingkan pada manusia (Dacanay et al., 2023). Kajian ilmiah yang serupa belum pernah dilakukan di Indonesia, meskipun bukti di lapangan menunjukkan banyak dijumpai kejadian ILB pada pelayanan bedah di tempat praktik dokter hewan mandiri maupun klinik-klinik hewan. Bakteri yang paling umum dilaporkan sebagai penyebab ILB pada hewan adalah Staphylococcus aureus (21,5%), Escherichia coli (13,9%), spesies Enterococcus (11,9%), dan stafilokokus koagulase-negatif (11,0%) (Dreikausen et al., 2023). Kejadian ILB pada hewan umumnya disebabkan oleh penggunaan antibiotik prophylaxis yang tidak sesuai, pencukuran bulu lokasi sayatan yang kurang bersih, waktu operasi yang lama, persiapan lokasi sayatan yang tidak sesuai, tim operator dengan gloves yang tidak steril, ruang operasi dengan ventilasi dan sterilisasi tidak baik, duk dan pakaian operator yang tidak steril, serta teknik operasi yang tidak aseptik. Perkembangan terkini melaporkan penurunan jumlah bakteri pada alat operasi yang sudah melalui proses sterilisasi, namun masih besar kemungkinan kejadian ILB akibat infeksi bakteri yang terjadi pada ruang/ lingkungan operasi. Dalam konteks ini, udara di dalam ruang operasi merupakan salah satu sumber kontaminasi mikroba eksogen yang umum. Mikroorganisme, seperti bakteri, virus, atau spora jamur, terdapat di udara dalam bentuk bioaerosol. Ukuran partikel bioaerosol bervariasi antara diameter 0,3–100 μm (sebagai pembanding, sel mikroba berukuran sekitar 1 μm, partikel virus 1 nm, spora jamur >1 μm) (Dreikausen et al., 2023). Angka infeksi luka bedah dan kasus kegagalan operasi diharapkan akan menurun dengan melakukan perbaikan manajemen praoperasi secara menyeluruh, perbaikan sarana prasarana operasi, penyediaan alat sterilisasi di ruang operasi, dan tatalaksana operasi yang baik dan benar. 

Published

05-07-2024

Issue

Section

Pembicara Tamu