Deteksi Virus LSD pada Sapi Impor dari Australia yang masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta

Authors

  • Mujiatun Deputi Bidang Karantina Hewan, Badan Karantina Indonesia Author
  • Helmi Helmi Balai Besar Uji Standar Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan Author
  • Dhevie Kenny Astarina Balai Besar Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuha DKI Jakarta Author
  • Amanatin Amanatin Deputi Bidang Karantina Hewan, Badan Karantina Indonesia Author
  • Sophia Setyawati Deputi Bidang Karantina Hewan, Badan Karantina Indonesia Author
  • Muchamad Taufik Kurniawan Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuha Jawa Tengah Satuan Pelayanan Cilacap Author
  • Wahyu Dwiyatmo Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuha Jawa Tengah Satuan Pelayanan Cilacap Author
  • Heri Yulianto Deputi Bidang Karantina Hewan, Badan Karantina Indonesia Author
  • Wisnu Wasisa Putra Deputi Bidang Karantina Hewan, Badan Karantina Indonesia Author

Keywords:

Lumpy skin disease, Live Animal Establishment (LAE), sampel, Real-Time Polymerase Chains Reaction (PCR).

Abstract

Latar Belakang: Lumpy Skin Diseases (LSD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang termasuk dalam famili Poxviridae, subfamili Chordopoxvirinae, dan genus capripox. Penyakit ini ditemukan pertama kali di Indonesia di Kabupaten Indragiri Hulu Riau pada tahun 2022 dan saat ini telah menyebar di Pulau Sumatera, Jawa, dan beberapa daerah di Kalimantan.

Tujuan: Studi kasus ini bertujuan untuk mendeteksi keberadaan penyakit LSD pada sapi impor asal Australia untuk mencegah pemasukan dan penyebaran penyakit ini ke Indonesia.

Metode: Pemeriksaan awal kondisi klinis sapi dilakukan di atas kapal. Sampel diambilpada hari pertama sapi tiba di instalasi karantina hewan milik swasta (perusahaan). Metode sampling menggunakan dua pendekatan, yaitu detect diseases dan judgment sampling. Detect diseases menggunakan sample size assuming perfect test specificity dengan asumsi uji PCR memiliki sensitifitas dan spesifisitas 99% dengan minimum expected prevalensi 10%. Sampel kerokan kulit, darah EDTA, dan swab nasal diambil dan diperiksa virus LSD dengan uji Real-Time Polymerase Chains Reaction (PCR) di laboratorium Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok dan Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian. Sampel yang positif PCR LSD dilakukan sanger sequencing.

Hasil: Pemasukan sapi bakalan impor melalui Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2023 berjumlah 73.926.450 ekor dengan frekwensi 195 kali. Jumlah sampel yang diambil sejak bulan Juni 2023 sebanyak 519 ekor dengan total sampel positif LSD 43 ekor. Hasil sekuensing menunjukan bahwa susunan nukleotida sampel, berdasarkan data base NCBI, memiliki tingkat homologi 100% dengan susunan nukleotida virus LSD di Mesir tahun 2018, di Xinjiang tahun 2019, di India tahun 2022, dan di Thailand tahun 2022.  Sampai saat ini, belum dapat disimpulkan asal virus LSD yang menginfeksi sapi-sapi yang diimpor dari Australia karena Australia sendiri mengklaim masih bebas LSD.  

Simpulan: Sebanyak 43 ekor sampel sapi terkonfirmasi positif LSD dari 519 ekor sampel sapi impor dari Australia. Virus LSD yang ditemukan memiliki homologi 100% dengan virus yang pernah mewabah di beberapa negara Asia. Badan Karantina Indonesia akan terus memastikan bahwa sapi-sapi yang diimpor ke Indonesia ehat dan bebas hama dan penyakit hewan karantina.  

Published

09-07-2024

Issue

Section

Presentasi Oral